PENGEMBANGAN INSTRUMENT EVALUASI NON-TES
Oleh : Alita Arifiana Anisa
(05 april 2012)
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Proses pembelajaran merupakan suatu system yang
kompleks yang mencakup banyak elemen yang saling berkaitan satu sama lain untuk
mencapai tujuan tertentu. Pembelajaran sendiri secara sederhana terdiri dari 3
tahap utama yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Sesuai dengan misi
mulia yang diemban pendidikan, yaitu transferring
knowledge and value, tahap evaluasi membutuhkan instrument yang buakn hanya
mampu pengukur keberhasilan mentransfer ilmu (kognitif) tetapi juga nilai
(afektif). Setiap aspek yang ada dalam
proses pembelajaran membutuhkan alat ukur yang tepat dan sesuai agar data yang
diperoleh sesuai dengan kedaan di lapangan. Aspek kognitif yang selama ini
menjadi focus proses pembelajaran di Indonesia cenderung lebih tepat
menggunakan tes sebagai alat ukur keberhasilan atau alat evaluasi, namun untuk
aspek lain seperti sikap atau afektif kurang tepat jika diukur dengan tes. Oleh
karena itu dibutuhkan instrument jenis lain untuk mengukur aspek dalam proses
pembelajaran yang berkenaan dengan domain afektif. Dengan adanya instrument
lain, data yang diperoleh untuk menggambarkan keberhasilan proses pembelajaran
akan semakin lengkap dan bermakna.
B. Rumusan Masalah
1. Apa
sajakah instrument evaluasi non tes?
2. Bagaimanakah
pengembangan instrument evaluasi non tes dalam proses pembelajaran?
C. Tujuan
1.
Mengetahui macam-macam instrument
evaluasi jenis non tes.
2.
Mengetahui pengembangan masing-masing
macam instrument evaluasi jenis non-tes dalam proses pembelajaran.
3.
Mengetahui instrument yang tepat untuk
proses pembelajaran tertentu.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Alat
atau instrument merupakan sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah
seseorang melaksanakan tugas atau mencapai tujuan dengan lebih efektif dan
efisien. Sedangkan istilah evaluasi merupakan suatu proses untuk memperoleh
kualitas tertentu terutama yang berkenaan dengan nilai dan arti, istilah lain
yang memiliki maksan yang hampir sama dengan evaluasi adalah penilaian
(assessment) dan pengukuran. Secara sederhana penilaian dan pengukuran
meruapakan komponen yang ada di dalam ruang lingkup evaluasi, dimana penilaian
merupakanproses berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi, sedangkan
pengukuran lebih khusus mengumpulkan informasi yang bersifat kuantitatif atas
sesuatu.
Gambar 1. Hubungan
evaluasi-penilaian-pengukuran-tes-non tes
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas maka instrument
evaluasi jenis non-tes diartikan sebagai sesuatu yang digunakan untuk
mempermudah pihak-pihak tertentu untuk memperoleh kualitas atas suatu objek dengan
menggunakan teknik non-tes.
B. Macam-macam Instrument Evaluasi
Non-tes
1. Observasi
(Observation)
Observasi merupakan suatu proses
pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif dan rasional
mengenati berbagai fenomena yang bertujuan untuk mengumpulkan data atau
informasi dan mengukur factor-faktor yang diamati khususnya kecakapan social.
Berikut ini beberapa karakteristik dari observasi, yaitu:
a. Mempunyai
tujuan
b. Bersifat
ilmiah
c. Terdapat
aspek yang diamati
d. Praktis
Sedangkan
secara lebih lanjut, terdapat tiga jenis observasi, yaitu:
a. Observasi
partisipan, dimana pengamat ikut andil dalam kegiatan kelompok yang sedang
diamati.
b. Observasi
sistematik merupakan observasi dengan menggunakan kerangka yang berisi
factor-faktor yang ingin diteliti yang telah dikategorikan terlebih dahulu
secara structural.
c. Observasi
Eksperimental meupakan observasi dimana pengamat tidak berpartisipasi dalam
kelompok yang diamati namun dapat mengendalikanunsur-unsur tertentu sehingga
tercipta tujuan yang sesuai dengan tujuan observasi. Observasi jenis ini
memungkinkan evaluator untuk mengamati sifat-sifat tertentu dengan cermat.
Adapun
langkah-langkah penyusunan pedoman observasi adalah:
a. Merrumuskan
tujuan onservasi
b. Membuat
kisi-kisi observasi
c. Menyusun
pedoman observasi
d. Menyusun
aspek-aspek yang ingin diobservasi
e. Melakukan
uji coba pedoman observasi
f. Merevisi
pedoman observasi berdasarkan hasil uji coba
g. Melaksanakan
observasi
h. Mengolah
dan menafsirkan hasil observasi
Sama
halnya dengan instrument evaaluasi yang lain,obsevasi memiliki beberapa
kelemahan dan kelebihan yaitu:
a. Kelemahan:
1.) Pelaksanaannya
sering terganggu keadaan cuaca atau kesan yang kurang baik dari observer maupun
observi.
2.) Masalah
yang sifatnya pribadi sulit diamati.
3.) Apabila
memakan waktu lama, akan menimbulkan kejenuhan.
b. Kelebihan:
1.) Observasi
cocok dilakukan untuk berbagai macam fenomena.
2.) Observasi
cocok untuk mengamati perilaku.
3.) Banyak
aspek yang tidak dapat diukur dengan tes tetapi bisa diukur dengan observasi.
2. Wawancara
(Interview)
Wawancara merupakan salah satu
bentuk instrument evaluasi jenis non tes yang dilakukan melalui percakapan dan
tanya jawab baik secara langsung tanpa alat perantara maupun secara tidak
langsung. Wawancara bertujuan untuk memperoleh informasi untukk menjelaskan
suatu kondisi tertentu, melengkapi penyelidikan ilmiah atau untuk mempengaruhi
situasi atau orang tertentu. Wawancara dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
a. Wawancara
Bebas dimana responnden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya
tanpa dibatasi oleh patokan-patokan.
b. Wawancara
Terpimpin merupakan wawancara yang dilakukan oleh subjek evaluasi dengan
mengajukan pertanyaan yang sudah disusun terlebih dahulu, sehingga responden hanya memilih jawaban
yang sudah disiapkan oleh penanya.
Berikut
ini merupakan langkah-langkah untuk melakukan wawancara:
a. Merumuskan tujuan wawancara
b. Membuat
pedoman wawancara
c. Menyususn
pertanyaan yang sesuai dengan data yang diperlukan.
d. Melakukan
uji coba
e. Melaksanakan
wawancara
Sedangkan
kelemahan dan kelebihan jenis instrument wawancara adalah sebagai berikut:
a. Kelemahan:
1.) Jika
subjek yang ingin diteliti banyak maka akan memakan waktu yang banyak pula.
2.) Terkadang
wawancara berlangsung berlarut-larut tanpa arah.
3.) Adanya
sikap yang kurang baik dari responden maupun penanya.
b. Kelebihan:
1.) Dapat
memperolehinformasi secara langsung sehingga objectivitas dapat diketahui.
2.) Dapat
memperbaiki proses dan hasil belajar
3.) Pelaksanaanny
lebih fleksidel, dinamis dan personal.
3. Skala
Sikap (Attitude Scale)
Sikap merupakan suatu
kecenderungan tingkah laku untuk berbuat
sesuatu dengan cara, metode, teknik dan pola tertentu. Dalam mengukur sikap,
guru harus memperhatikan tiga komponen sikap yaitu kognisi (pengetahuan
terhadap objek), afeksi (perasaan terhadap objek), dan konasi (berperilaku terhadap
objek). Model skala sikap yang biasa digunakan antara lain:
a. Menunjukan
bilangan untuk menunjukan tingkatan objek yang dinilai (1,2,3)
b. Menunjukan
frekuensi (selalu, sering, tidak pernah)
c. Menunjukaan
istilah kualitatif ( baik sekali, baik, kurang baik)
d. Menunjukan
status atau kedudukan (sangat tinggi, diatas rata-rata, rendah)
e. Menggunakan
kode bilangan atau huruf ( selalu(5), kadang-kadang (4), jarang (3), jarang
sekali (2), tidaak pernah (1))
Langkah-langkah
Model Linkert
a. Memilih
variabel afektif yang akan diukur
b. Membuat
pertanyaan terait variabel yang akan diukur
c. Mengklasifikasikan
pertanyaan yang positif dan negative
d. Menentukan
angka yang menjadi alternative pilihan
e. Menyusun
pernyataan dan pilihan jawaban menjadi sebuah alat penilaian
f. Melakukan
uji coba
g. Membuang
butir pertanyaan yang kurang baik
h. Melaksanakan
penilaian
4. Daftar
Cek (check list)
Daftar cek adalah suatu daftar yang
berisi subjek dan aspek-aspek yang akan diamati, penilai tnnggal memberikan
tanda centang (v) pda tiap-tiap aspek sesuai dengan hasil pengamatan yang
dilakukan.
5. Skala
Bertingkat (Rating Scale)
Instrument skala penilaian
memberikan solusi atas kekurangan dafatr cek yang hanya mampu mencatat
keberadaan fenomena-fenomena tertentu. Skala penilaian memungkinkan pengamat
untuk mengetahui keberadaan fenomena tertentu sekaligus mengikur intensitas
fenomena tersebut dalam tingkatan-tingkatan yang telah disusun. Namun skala
penilaian memiliki beberapa kelemahan yaitu dengan adanya halo effects, yaitu
efek dari kesan atau penilaian umum,generosity effects yaitu keinginan untuk
berbuat baik dengan memberi nilai tinggi, dan carry over effects yaitu pengamat
tidak dapat membedakan antara fenomena satu dengan fenomena yang lain.
Keterangan:
1
= sangat tidak suka
2
= tidak suka
3
= biasa
4
= suka
5
= sangat suka
Gambar 2. Contoh
skala penilaian
6. Angket
(Questioner)
Angket merupakan alat untuk
mengumpulkandan mencatat data, informasi, pendapat, dan paham dalam hubungan
kausal. Angket dapat dikelompokan benjadi beberapa kelompok. Angket berdasarkan
bentuknya dibagi menjadi dua jenis,yaitu:
a. Angket
berstruktur merupakan angket yang menyediakan beberapa kemungkinan jawaban.
Angket jenis ini terdiri dari tiga bentuk:
1.) Bentuk
jawaban tertutup, yaitu angket yang telah menyediakan alternative jawaban,
2.) Bentuk
jawaban tertutup tetapi alternative terakhir merupakan jawaban terbuka yang
dapat memberikan kesempatan kepada respondenuntuk memberikan jawaban secara
bebas.
3.) Bentuk
jawaban bergambar, yaitu angket yang memberikan alternative jawaban berupa
gambar.
b. Angket
tidak berstruktur merupakan angket yang memberikanjawaban secara terbuka.
Angket ini memberikan gambaran lebih tentang situasi, namun kurang dapat
dinilai secara objektif dan tifak dapat diukur secara statistic sehingga data
yang diperoleh sifatnya umum.
Sedangkan
ditinjau dari respondenyang menjawab, maka angket dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu:
a. Angket
Langsung
Disebut angket langsung apabila
angket dikirimkan dan diisi langsung oleh orang yang akan dimintai jawaban
tentang dirinya.
b.
Angket Tidak Langsung
Angket diisi oleh orang yang bukan
dimintai keterangan tentang dirinya.
Berikut
ini merupakan langkah-langkah menyusun angket.
a. Menyusun
kisi-kisi angket
b. Menyusun
pertaanyaan-pertanyaan dan bentuk jawaban yang diinginkan.
c. Membuat
pedoman cara menjawab.
d. Melakukan
uji coba angket untuk mengetahui kelemahan angket tersebut.
e. Merevisi
angket berdasarkan hasil uji coba
f. Menggandakan
angket sesuai jumlah responden
Sama
halnya dengan instrument lain, angket juga memiliki beberapa kelemahan dan
keunggulan, antara lain:
a. Kelemalan:
1)
Ada kemungkinan angker diisi oleh orang
yang bukan menjadi target.
2)
Target menjawab berdasarkan altternatif
jawaban yang tersedia
b. Keunggulan:
1.) Responden
dapat meenjawab dengan bebas tanpa dipengaruhi hubungan dengan peneliti atau
penilai.
2.) Informasi
yang terkumpul lebih mudah karena homogen.
3.) Dapat
mengumpulkan data dari jumlah responden yang relative banyak.
7. Studi
Kasus (Study Case)
Studi kasus merupakan studi
mendalan dan komperhensif (mampu mengungkapkan semua aspek yang melatarbelakangi
suatu kasus) tentang peserta didik, kelas atau sekolah. Beriku ini merupakan
tiga pertanyaan inti dalam studi kasus yang harus dijawab guru:
a. Mengapa
kasus tersebut bisa terjadi?
b. Apa
yang dilakukan oleh seseorang dalam kasus tersebut?
c. Bagaimana
pengaruh tingkah laku seseorang terhaddap lingkungan?
8. Catatan
Insidental (Anecdotal Records)
Catatan incidental merupakan
catatan-catatan tentang peristiwa sepintas yang dialamipeserta didik secara
peerseorangan. Catatan tersebut belum berarti apa-apa terhadap penilaian
sesorang, namun dapat menjadi petunjuk yang berguna apabila dihubungkaan dengan
data-data.
9. Sosiometri
Sosiometri mrupakan suatu prosedur
unruk merangkum, menyusun, dan sampai batas tertentu dappat mengkualifikasi
pendapat-pendapat peserta didik tentang penerimaan terhadap sesama serta
hubungan diantara mereka. Langkah dalam menggunakan sosiometri:
a.
Memberikan petunjuk atau pertanyaan.
Misal: tuliskan pada selembar kertas nama temanmu yang paling baik.
b.
Mengumpulkan jawab yang sesungguhnya
dari peserta didik.
c.
Memasukan jawabanke dalam tabel.
d.
Gambarkan jawaban dalam sebuah
sosiogram.
10. Inventori
Kepribadian
Inventori kepribadian hampir serupa
dengan tes kepribadian, namun pada inventori kepribadian jawaban peserta didik
selalu benar selama menyatakan dengan sesungguhnya. Walaupun demikian digunakan
pula skala-skala tertentu untuk mengkuantifikasi jjawab agar dapat
dibandingkan.
11. Teknik
Pemberian Penghargaan kepada Peserta Didik
Teknik pemberian penghargaan ini
penting karena banyak respon atautindakan positif peserta didik yang
diakibatkan oleh proses belajar yang kurang diperhatikanguru. Apabila guru
memberikan penghargaan atas tindakan positif yang dilakukan peserta didik dalam
berbagai bentuk, dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Berikut
inimerupakan teknik pemberian penghargaan:
a. Teknik
Verbal merupakan pemberian penghargaan melalui pujian, dukungan, dorongan atau
pengakuan.
b. Teknik
Non-verbal, melalui:
1.) Mimik
dan gerakan tubuh (senyuman, acungan jempol, tepuk tangan)
2.) Cara
mendekati (proximity)
3.) Sentuhan
(contact)
KESIMPULAN
Dari uraian diatas
dapat disimpulkan bahwa tahap evaluasi membutuhkan instrument yang buakn hanya
mampu pengukur keberhasilan mentransfer ilmu (kognitif) tetapi juga nilai
(afektif). Setiap aspek yang ada dalam
proses pembelajaran membutuhkan alat ukur yang tepat dan sesuai agar data yang
diperoleh sesuai dengan kedaan di lapangan. instrument evaluasi jenis non-tes
diartikan sebagai sesuatu yang digunakan untuk mempermudah pihak-pihak tertentu
untuk memperoleh kualitas atas suatu objek dengan menggunakan teknik non-tes.
Instrument evaluasi non-tes tersebut terdiri dari beberapa macam, yaitu
observasi, wawancara, skala sikap, daftar cek, skala lenilaian, angket, studi
kasus, catataninsidental, sosiometri, inventori kepribadian dan teknik
pemberian penghargaan kepadapeserta didik. Tiap jenis instrument tersebut
memiliki karakteristik, langkah-langkah, kekurangan, dan kelebihan
masing-masing yang memungkinkan evaluator untuk memilih instrument yang paling
sesuai untuk melakukan evaluasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Arifin,
Zainal. 2010. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. 2009.
Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar