RE-A map of life :)

Minggu, 25 September 2011

LOL :3


LOL :3
Written by :Alita Arifiana Anisa
24sept2011



Biar saja rona cinta ini memudar
Biar saja kilau kasih ini membias
Bukan raga yang tak ingin bersama
Bukan sayang yang tak lagi mampu bertahan
Tapi cerita memang ada akhirnya
Tapi kisah memang akan ada ujungnya

            Ku baca deretan kata-kata yang kurangkai sebulan yang lalu, tepat setelah kami, aku, Narra Keisha Pertiwi dan dia, Gilang Putra Jaya memutuskan untuk menyudahi hubungan kami.
Bohong jika aku bilang tak lagi mencintainya, laki-laki yang menemaniku menjalani pahit manisnya hidup selama lebih dari tujuh tahun terakhir hidupku.
Dusta jika aku bilang aku telah melupakan laki-laki yang tahun depan berjanji meminangku bukan hanya dengan bismilah, tapi dengan sebuah rumah yang dia beli dengan kucuran keringat yang ia dapat diperantauan.
Benar-benar muna ketika aku bilang “sudahlah..” karena sungguh aku tak ingin menyudahi ini, kisah kita, yang kita rencanakan akan berakhir hanya karena nyawa.
            Yahh..hari ini aku mencoba menjadi wanita tegar yang tangguh menerima cobaan, yang membuka mata lebar-lebar menerima kenyataan. Aku akan menulis surat untuk Gilang, klasik memang, tapi sungguh saling bertemu bertatap muka muka pilihan yang lebih bijaksana.


Dear, Gilang..
Raja dalam singgasana jiwa
Pangeran dalam setiap tetes cinta

            Ku baca lagi tiga baris yang mengawali suratku. Bodoh..norak sekali..tapi aku sudah berjanji tidak akan menghapus setiap kata yang telah kutuliskan, karena sungguh yang pertama itu realita.
                Lama tak jumpa, sepertinya waktu terlama selama kita bersama. Biasanya rindu terus bergolak meski baru satu jam lalu kau meninggalkan rumahku, biasanya suaramu bak sabu-sabu yang membuatku sakaw meski baru semalam kau menelponku. Tapi yah,,semua sudah berbeda, meski rindu, tentu aku sudah tak berhak memelukmu, meski sakaw akan suaramu, tentu aku sudah tak akan susah payah menelponmu.

            Aduhh..kenapa jadi nostalgia begini….

Gilang sayang,  maaf atas sikap bodoh kekanak-kanakanku sebulan yang lalu, ini sungguh bukan hal yang mudah bagiku. Gilang sayang, maaf atas penolakanku yang menyakiti rumah barumu, tapi sungguh ini benar-benar pahit dan sulit kutelan begitu saja. Gilang sayang, maaf atas sikap ku yang merusak tali keluargaku dan keluargamu, tapi ini kenyataan ini sungguh tak pernah sedikitpun terbersit dalam benakku. Tapi..sudah sebulan ini aku merenungkan sikapku, memikirkan setiap kata yang ku lontarkan padamu, mencoba mencerna tiap scene cerita kita and memaknai tiap cobaan yang Tuhan berikan bersamanya.
Gilang sayang,.maaf atas telpon sebulan terakhir yang tak mendapat respon, atas pesan singkat yang jujur tak pernah sempat kubaca sebelum aku menghapusnya, atas ketukan pintu rumah yang memang yang pernah kuusahakan untuk menyambutnya. Aku tau kau mengkhawatirkanku, aku tau kau memikirkan nasibku, aku pun tau kau hanya ingin mendapat maaf dariku.,

            Sudah kuduga..lagi-lagi air mataku menggenang, padahal kukira stoknya sudah kuhabiskan tiap malam selama satu bulan. Ku seka airmataku..menerawang jauh keluar jendela, mengingat janji-janji manis yang ia rangkai satu demi satu menjadi pagar yang membendung rindu, pilu dan nafsu. Tombol flashback di otakku pun secara otomatis menghadirkan kembali scene-scene kehidupanku bersamanya.
            SMA akhir,
            Kami sedang dekat, meski belum jadian. Tiba-tiba seorang gadis (Nadia) muncul memperkenalkan diri sebagai mantan pacarnya, pindah disekolah yang sama dengan aku dan Gilang. Sejak saat itu aku pun harus mulai berlomba-lomba dengan gadis ambisius itu, bahkan hanya untuk sekedar mengajak Gilang bicara. Bodoh..
            Setengah tahun penuh perjuangan, aku dan Gilang akhirnya jadian, rasanya waahh…langit seperti lebih biru, coklat dari lebih manis untukku dan yang terpenting Nadia terlihat lebih suram dimataku. Rasanya ingin menggelar konser solo singer, solo song, and solo watcher. Aku sendiri yang menyanyi, menyanyikan lagu “We are the champion” dengan Nadia sebagai satu-satunya penonton. Dengan kalimat pembuka, “lagu ini saya persembahkan special untuk tamu saya”..hahaha..dasar anak SMA.
KULIAH
            Berjalan begitu indah meski terkadang merasa seperti hewan peliharaan yang diajak kemana-kemana tanpa di ajak bicara, lebih asik bersama teman-temannya, meski terkadang merasa seperti towel-girl yang hanya membawakan air dan handuk lalu ditinggal berlalu usai menyudahi pertandingan futsal rutinnya, meski terkadang seperti calo skripsi yang mengetik berlembar-lembar skripsinya hingga tengah malam saat ia sibuk memetik gitar mencari nada yang hilang dari entah lagu apa yang ia ingin lantunkan..[saatnya menertawakan diri sendiri]
            KERJA
            Ia meninggalkanku keperantauan, mencari sumber dana untuk pernikahan kita kelak [katanya..] selama ia pergi entah ini sudah kali keberapa kudengar ia main mata, tapi apa mau dikata aku benar benar memercayainya. Benar-benar percaya, apalagi ketika ia mengucap jnji akan meminangku tahun depan ketika rumah di pinggir kota Bandung sudah bisa dilunasinya
.
            Ups, aku harus meneruskan suratkku, sebelum kertas ini habis tak berbentuk luluh oleh air mataku.

Aku sudah memaafkanmu, Gilang.. aku memaafkanmu..tapi bukan berarti aku sudah cukup tangguh untuk menemuimu. Aku memaafkanmu.. tak perlu lagi kau datang mengetuk pintu rumahku, tak perlu lagi kau meramaikan HPku dengan nada dering yang ku-set khusus untukmu, tak perlu lagi kau mengirim pesan yang sungguh tak pernah bisa ku bilang singkat, karena aku telah memaafkanmu..benar-benar memaafkanmu.. J

            Ku hela nafasku panjang-panjang..time to closing statement..

Selamat Menempuh Hidup Baru, Gilang.. Selamat Mengaruni Bahtera Rumah Tanggamu bersama Nadia, semoga lekas diberikan keturunan yang membanggakan, meski anakmu kelak tak mungkin memanggilku mama,biarkan dia memanggilku tante.
Sungguh kuucap syukur atas waktu yang Tuhan berikan untuk bersamamu. Sungguh aku bersyukur atas ruang dihatimu yang pernah jadi kontrakanku. Sungguh aku bersyukur pernah dengan teramat sangat mencintaimu, hingga hari ini cinta itu pula yang menguatkanku untuk mengucap selamat padamu, untuk melihatmu tersenyum bahagia, meski bukan bersamaku.


.Narra.


            Haaaahhh..legaaaaaaaaaaa…..selesai juga…kulipat ketas putih curahan hatiku, versi pertama..lalu kumasukan kedalam amplop bertuliskan alamat rumah baru kalian di Bandung. Tak lupa kulipat kertas putih versi kedua curahan hatiku kumasukan kedalam amplop polos. Kuamati sebentar lalu kuputuskan untuk membuka dan membacanya kembali.
Singkat. Jelas. Padat.

                        ARRGHH,…BODOHNYA AKU PERNAH MENCINTAIMU DENGAN TERAMAT SANGAT, BODOHNYA AKU PERNAH MEMERCAYAIMU DENGAN SANGAT SANGAT, MESKI SATU DETIK AKAN DATANG PUN AKU TAK TAU..
# LOL :3

            Versi kedua special untuk meramaikan buku harianku. :DD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar