Cerita Tentang Keranjang Written by: Alita Arifiana Anisa 21sept2011
“oii..passing..passing..passing,Helen!!” “Wahh..lo sarap ya,Nen?! Helen kosong!!” “Arghh… main lo kayak ibu-ibu hamil, La! Lari.. lari.. lari..!!” Aku gak peduli seluruh lapangan menggemakan suara cemprengku, tapi mereka benar-benar harus di-rawr, meski ini bukan pertandingan penting tapi permainan mereka memang membuatku gemeeeesshhh mpe lemes…gimana nggak? Harusnya kami bisa cetak skor dua kali lipat dari SMA cemen yang kebesaran nyali nantangin Tim Basket Putri SMA Mentari II yang notabene Runner Up event keren se-Jawa Timur. Time out comes.. “ Agni..gue gak kuat deh..capek gilaaa ngikutin no.9..” Helen mengiba. “Capek? Latian fisik kemaren kurang buat lo?! Apa gue bikin sesi latian berdarah biar badan lo entengan?!” jawabku sekenanya. “Kita gak bisa main gini terus,,inget image runner-up jadi taruhannya. Sebentar lagi event besar di Jakarta juga bakal start..kalau kalian pengen ke Jakarta, buktiin kalau kalian emang pantes gue bawa kesana!” “Kita ganti strategi..man to man.. Helen badan lo tinggi, jagain tuh no.9..Lara, lo no.7, tempel terus, three point shoot-nya lumayan tuh anak, jangan sampai dia dapet posisi PW (Posisi Wuenakk). Wika, please rebound.., jangan takut..yang lain tetep kayak semula.. Kinan kamu gantiin Rena.” Berbusa-busa mulut gue ngasih arahan buat adik-adikku yang Ababil (ABG labil), kadang maennya keren banget, kadang cuma sok-sokan doang gak ada hasil, kadang-kadang nyebelin tapi ngangenin. Well, inilah aku Agni Falensi Hutomo, secara resmi aku memang masih menjabat kepala suku Tim Basket Putri SMA Mentari II, walau yahh..aku sudah kelas XII dan sudah vakum bermain basket selama kurang lebih empat bulan. Menyedihkan memang..kapten tapi gak main. Ternyata duduk dibangku pelatih itu cukup menguras tenaga, padahal cuma teriak-teriak, tapi ini sudah botol air mineral ketiga yang ku tenggak habis. Aku menerawang jauh melihar seisi GOR Mandala, tempatku latihan semenjak SMP, tempatku berdarah-darah memperjuangkan gelar MPV yang baru bisa kudapat 2 tahun silam, tepatnya setelah selama tiga tahun latihan basket secara intensive tiga kali satu minggu plus satu kali latihan fisik untuk mematangkan power-ku. Aku ingat betul pertandingan berapi-api melawan SMA Karya Nusa dua tahun silam, bermain empat quarter tanpa pergantian pemain, menempati posisi center, aku benar-benar ingin menang saat itu, aku benar-benar ingin membalas dendam atas kekalahan kami belum lama sebelum pertandingan ini. Dan, we are the truly champion! Menteri Olahraga pada saat itu mengalungkan medali yang entah terbuat dari apa tapi sungguh terlihat begitu mempesona bagiku, ditambah prosesi penyematan pin MPV dan penyerahan sepatu emas yang sungguh membuatku tak mampu menahan air mata bahagia. Ahh..sungguh GOR ini jadi saksi… “Neng! Biasa aja donk ngelamunnya..tim kita kembang kempis tuh!” Dicky, Kapten Tim basket Putra SMA Mentari II membuyarkan lamunanku. “Woiii…!! Hands-up!!hands-up!!” “Defeeennseee!!!” Aku mulai berteriak kalap (lagi). Apa daya,, teriakan memang tak pernah sedasyat permainan, meski tim kami menang, tapi sungguh bukan kemenangan seperti ini yang aku harapkan. Aku yang temperamental pun kembali mnyeruak, mengobraak-abrik mental timku saat evaluasi tiba. “Yahh,,ini lah hasil dari apa yang kalian perjuangkan…” “puas?” “Katanya mau ke Jakarta, kalau permainan kalian seperti ini terus, lawan kampung sebelah juga ngos-ngosan…” “Kalau ditanya aku kecewa, tentu jawabannya iya. Dan harusnya kalian lebih kecewa..Pertandingan ini bukan tentang aku, kamu, atau kita ini tentang B.A.S.K.E.T! pastikan kalian tau betul arti kata itu…” “Ini permainan terburuk kalian musim ini, jangan harap akan aku bawa kalian ke Jakarta kalau kalian masih terus seperti ini.. hadiah untuk kemenangan yang mengecewakan, 50 sit-up, 50 back-up..kita latihan fisik besok pukul empat..jangan tidak datang, aku tak mau punya pencundang dalam pasukan.” Tiba-tiba ku rasakan pandanganku menjauh.. timku terlihat semakin mengecil..semakin jauh.. hei, aku belum ingin pergi..masih banyak yang ingin aku katakan! Aku pun berontak mencoba menghentak-hentakkan kakiku ingin berdiri, berlari menghampiri timku.. tanganku meraba-raba samping kanan dan kiriku dengan kalap. Haaaahh.. Tiba-tiba aku tersadar..usahaku sia-sia..kaki kananku masih cedera parah, angkle-ku remuk akibat pertandingan terakhirku empat bulan silam, mencoba melakukan airwalk sebgaai closing ceremony pada detk-detik terakhir pertandingan, sayangnya pemain bernomor punggung tiga asal kota kecil di Jawa Timur menggebu-nggebu merangsekkan badan tambunnya hingga menabrakku, tanpa parasut aku pun landing dengan begitu buruk tepat dibawah ring. Foul-in. Dan aku tau tak akan ada lagi pertandingan seperti itu lagi meski aku sangat ingin karena tak akan pernah ada lagi angkle super power-ku lagi. Aku sudahi usahaku untuk berdiri dan berlari seraya berucap dengan tenang, “pelan-pelan, dick..” “iyaa..aku tak ingin kamu kelelahan, aku lihat emosimu meledak tadi..” jawabnya seraya mendorong kursi rodaku dengan perlahan menjauhi lapangan. *** Yahhh..sudahlah..Tuhan pasti punya rencana yang lebih hebat, Untuk sekolahku, timku, gelar MPV-ku, sepatu emas-ku, diriku, juga angkle-ku. Basket bukan sekedar permainan, basket itu spirit perjuangan, kalau tak bisa di lapangan, aku bisa “basket” dengan lebih anggun sebagai pelatih, penonton, supporter atau bahkan pom-pom girls. Apapun itu, BASKET, bukan sekedar basket, basket itu nyawa setiap perjuangan, basket itu sportifitas tanpa batas, basket itu ilmu, basket itu guru, dan yang terpenting, BASKET itu AKU. J
Cerita Tentang Keranjang
Written by: Alita Arifiana Anisa
21sept2011
“oii..passing..passing..passing,Helen!!”
“Wahh..lo sarap ya,Nen?! Helen kosong!!”
“Arghh… main lo kayak ibu-ibu hamil, La! Lari.. lari.. lari..!!”
Aku gak peduli seluruh lapangan menggemakan suara cemprengku, tapi mereka benar-benar harus di-rawr, meski ini bukan pertandingan penting tapi permainan mereka memang membuatku gemeeeesshhh mpe lemes…gimana nggak? Harusnya kami bisa cetak skor dua kali lipat dari SMA cemen yang kebesaran nyali nantangin Tim Basket Putri SMA Mentari II yang notabene Runner Up event keren se-Jawa Timur.
Time out comes..
“ Agni..gue gak kuat deh..capek gilaaa ngikutin no.9..” Helen mengiba.
“Capek? Latian fisik kemaren kurang buat lo?! Apa gue bikin sesi latian berdarah biar badan lo entengan?!” jawabku sekenanya.
“Kita gak bisa main gini terus,,inget image runner-up jadi taruhannya. Sebentar lagi event besar di Jakarta juga bakal start..kalau kalian pengen ke Jakarta, buktiin kalau kalian emang pantes gue bawa kesana!”
“Kita ganti strategi..man to man.. Helen badan lo tinggi, jagain tuh no.9..Lara, lo no.7, tempel terus, three point shoot-nya lumayan tuh anak, jangan sampai dia dapet posisi PW (Posisi Wuenakk). Wika, please rebound.., jangan takut..yang lain tetep kayak semula.. Kinan kamu gantiin Rena.” Berbusa-busa mulut gue ngasih arahan buat adik-adikku yang Ababil (ABG labil), kadang maennya keren banget, kadang cuma sok-sokan doang gak ada hasil, kadang-kadang nyebelin tapi ngangenin.
Well, inilah aku Agni Falensi Hutomo, secara resmi aku memang masih menjabat kepala suku Tim Basket Putri SMA Mentari II, walau yahh..aku sudah kelas XII dan sudah vakum bermain basket selama kurang lebih empat bulan. Menyedihkan memang..kapten tapi gak main.
Ternyata duduk dibangku pelatih itu cukup menguras tenaga, padahal cuma teriak-teriak, tapi ini sudah botol air mineral ketiga yang ku tenggak habis. Aku menerawang jauh melihar seisi GOR Mandala, tempatku latihan semenjak SMP, tempatku berdarah-darah memperjuangkan gelar MPV yang baru bisa kudapat 2 tahun silam, tepatnya setelah selama tiga tahun latihan basket secara intensive tiga kali satu minggu plus satu kali latihan fisik untuk mematangkan power-ku. Aku ingat betul pertandingan berapi-api melawan SMA Karya Nusa dua tahun silam, bermain empat quarter tanpa pergantian pemain, menempati posisi center, aku benar-benar ingin menang saat itu, aku benar-benar ingin membalas dendam atas kekalahan kami belum lama sebelum pertandingan ini. Dan, we are the truly champion! Menteri Olahraga pada saat itu mengalungkan medali yang entah terbuat dari apa tapi sungguh terlihat begitu mempesona bagiku, ditambah prosesi penyematan pin MPV dan penyerahan sepatu emas yang sungguh membuatku tak mampu menahan air mata bahagia. Ahh..sungguh GOR ini jadi saksi…
“Neng! Biasa aja donk ngelamunnya..tim kita kembang kempis tuh!” Dicky, Kapten Tim basket Putra SMA Mentari II membuyarkan lamunanku.
“Woiii…!! Hands-up!!hands-up!!”
“Defeeennseee!!!”
Aku mulai berteriak kalap (lagi).
Apa daya,, teriakan memang tak pernah sedasyat permainan, meski tim kami menang, tapi sungguh bukan kemenangan seperti ini yang aku harapkan. Aku yang temperamental pun kembali mnyeruak, mengobraak-abrik mental timku saat evaluasi tiba.
“Yahh,,ini lah hasil dari apa yang kalian perjuangkan…”
“puas?”
“Katanya mau ke Jakarta, kalau permainan kalian seperti ini terus, lawan kampung sebelah juga ngos-ngosan…”
“Kalau ditanya aku kecewa, tentu jawabannya iya. Dan harusnya kalian lebih kecewa..Pertandingan ini bukan tentang aku, kamu, atau kita ini tentang B.A.S.K.E.T! pastikan kalian tau betul arti kata itu…”
“Ini permainan terburuk kalian musim ini, jangan harap akan aku bawa kalian ke Jakarta kalau kalian masih terus seperti ini.. hadiah untuk kemenangan yang mengecewakan, 50 sit-up, 50 back-up..kita latihan fisik besok pukul empat..jangan tidak datang, aku tak mau punya pencundang dalam pasukan.”
Tiba-tiba ku rasakan pandanganku menjauh.. timku terlihat semakin mengecil..semakin jauh.. hei, aku belum ingin pergi..masih banyak yang ingin aku katakan! Aku pun berontak mencoba menghentak-hentakkan kakiku ingin berdiri, berlari menghampiri timku.. tanganku meraba-raba samping kanan dan kiriku dengan kalap.
Haaaahh..
Tiba-tiba aku tersadar..usahaku sia-sia..kaki kananku masih cedera parah, angkle-ku remuk akibat pertandingan terakhirku empat bulan silam, mencoba melakukan airwalk sebgaai closing ceremony pada detk-detik terakhir pertandingan, sayangnya pemain bernomor punggung tiga asal kota kecil di Jawa Timur menggebu-nggebu merangsekkan badan tambunnya hingga menabrakku, tanpa parasut aku pun landing dengan begitu buruk tepat dibawah ring. Foul-in. Dan aku tau tak akan ada lagi pertandingan seperti itu lagi meski aku sangat ingin karena tak akan pernah ada lagi angkle super power-ku lagi. Aku sudahi usahaku untuk berdiri dan berlari seraya berucap dengan tenang,
“pelan-pelan, dick..”
“iyaa..aku tak ingin kamu kelelahan, aku lihat emosimu meledak tadi..” jawabnya seraya mendorong kursi rodaku dengan perlahan menjauhi lapangan.
***
Yahhh..sudahlah..Tuhan pasti punya rencana yang lebih hebat, Untuk sekolahku, timku, gelar MPV-ku, sepatu emas-ku, diriku, juga angkle-ku.
Basket bukan sekedar permainan, basket itu spirit perjuangan, kalau tak bisa di lapangan, aku bisa “basket” dengan lebih anggun sebagai pelatih, penonton, supporter atau bahkan pom-pom girls. Apapun itu, BASKET, bukan sekedar basket, basket itu nyawa setiap perjuangan, basket itu sportifitas tanpa batas, basket itu ilmu, basket itu guru, dan yang terpenting, BASKET itu AKU. J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar