STRATEGI BELAJAR MENGAJAR AKTIF
Alita Arifiana Anisa:28 feb 2012
BAB I
PENDAHULUAN
Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan anak didik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar sesuai dengan apa yang diharapkan. Inti proses belajar adalah perubahan pada diri individu dalam aspek pengetahuan, sikap, keterampilan, dan kebiasaan sebagai produk dan interaksinya dengan lingkungan. Belajar adalah proses membangun pengetahuan melalui transformasi pengalaman. Dengan kata lain suatu proses belajar dapat dikatakan berhasil bila dalam diri individu terbentuk pengetahuan, sikap, keterampilan, atau kebiasaan baru yang secara kualitatif lebih baik dari sebelumnya. Proses belajar dapat terjadi karena adanya interaksi antara individu dengan lingkungan belajar secara mandiri atau sengaja dirancang. Orang yang belajar mandiri secara individual dikenal sebagai otodidak, sedangkan orang yang belajar karena dirancang dikenal sebagai pembelajaran formal.
Thorndike (Bimo Wagito, 1997) mengemukakan 3 hukum belajar, yaitu :
1. law of readiness, yaitu kesiapan seseorang untuk berbuat dapat memperlancar hubungan antara stimulus dan respons.
2. law of exercise, yaitu dengan adanya ulangan-ulangan yang selalu dikerjakan maka hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi lancer
3. law of effect, yaitu hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi lebih baik jika dapat menimbulkan hal-hal yang menyenangkan, dan hal ini cenderung akan selalu diulang.
Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan pemberian stimulus-stimulus kepada anak didik, agar terjadinya respons yang positif pada diri anak didik. Kesediaan dan kesiapan mereka dalam mengikuti proses demi proses dalam pembelajaran akan mampu menimbulkan respons yang baik terhadap stimulus yang mereka terima dalam proses pembelajaran. Respons akan menjadi kuat jika stimulusnya juga kuat. Ulangan-ulangan terhadap stimulus dapat memperlancar hubungan antara stimulus dan respons, sehingga respons yang ditimbulkan akan menjadi kuat. Hal ini akan memberi kesan yang kuat pula pada diri anak didik, sehingga mereka akan mampu mempertahankan respons tersebut dalam memory (ingatan) nya. Hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi lebih baik kalau dapat menghasilkan hal-hal yang menyenangkan. Efek menyenangkan yang ditimbulkan stimulus akan mampu memberi kesan yang mendalam pada diri anak didik, sehingga mereka cenderung akan mengulang aktivitas tersebut. Akibat dari hal ini adalah anak didik mampu mempertahan stimulus dalam memory mereka dalam waktu yang lama (longterm memory), sehingga mereka mampu merecall apa yang mereka peroleh dalam pembelajaran tanpa mengalami hambatan apapun.
Proses pembelajaran yang baik adalah proses pembelajaran yang memungkinkan para pembelajar aktif melibatkan diri dalam keseluruhan proses baik secara mental maupun secara fisik. Model proses ini dikenal sebagai pembelajaran aktif. Active learning (belajar aktif) pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan memperlancar stimulus dan respons anak didik dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang membosankan bagi mereka. Dengan memberikan strategi active learning (belajar aktif) pada anak didik dapat membantu ingatan (memory) mereka, sehingga mereka dapat dihantarkan kepada tujuan pembelajaran dengan sukses. Hal ini kurang diperhatikan pada pembelajaran konvensional. Dalam metode active learning (belajar aktif) setiap materi pelajaran yang baru harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya. Materi pelajaran yang baru disediakan secara aktif dengan pengetahuan yang sudah ada. Agar murid dapat belajar secara aktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta didik mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar. (Mulyasa, 2004:241). Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran. Ketika siswa belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktivitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke dalam satu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. Dengan belajar aktif ini, siswa diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik. Belajar aktif itu sangat diperlukan oleh siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Ketika siswa pasif, atau hanya menerima dari guru, ada kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan, karena salah satu faktor yang menyebabkan informasi cepat dilupakan adalah faktor kelemahan otak manusia itu sendiri. Belajar yang hanya mengandalkan indera pendengaran mempunyai beberapa kelemahan, padahal hasil belajar seharusnya disimpan sampai waktu yang lama. Kenyataan ini sesuai dengan kata-kata mutiara yang diberikan oleh seorang filosof kenamaan dari Cina, Konfusius (dalam Zaini dkk, 2002:13) mengatakan bahwa: “Apa yang saya dengar, saya lupa. Apa yang saya lihat, saya ingat. Apa yang saya lakukan, saya paham”.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pembelajaran aktif menurut Hisyam Zaini, Bermawy Munthe & Sekar Ayu Aryani (2007:xvi) adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran.
B. Karakteristik pembelajaran aktif
Berikut ini merupakan beberapa karakteristik pembelajaran aktif:
1. adanya variasi kegiatan klasikal, kelompok dan perorangan
2. guru atau dosen berperan sebagai fasilitator belajar, nara sumber dan manajer kelas yang demokratis
3. keterlibatan mental (pikiran, perasaan) siswa tinggi
4. menerapkan pola komunikasi yang banyak
5. suasana kelas yang fleksibel, demokratis, menantang dan tetap terkendali oleh tujuan
6. dapat digunakan di dalam atau di luar kelas/ruangan.
Perbedaan pembelajaran aktif dengan pembelajaran konvensional
Pembelajaran konvenssional | pembelajaran aktif |
1. Berpusat pada guru 2. Penekanan pada menerima pengetahuan 3. Kurang menyenangkan 4. Metode monoton dan media kurang variatif | 1. Berpusat pada anak didik 2. Penekanan pada menemukan 3. Menyenangkan 4. Banyak kombinasi metode dan menggunakan media yang variatif. |
C. Strategi pembelajaran aktif
Proses pembelajaran di kelas dapat dipandang sebagai tiga bagian kegiatan yang terurut, yaitu: kegiatan awal (pendahuluan), kegiatan inti, dan kegiatan akhir (penutup). Dengan demikian, strategi pembelajaran aktif dapat dirumuskan sebagai prosedur kegiatan yang mengaktifkan siswa pada setiap bagian kegiatan secara terurut. Prosedur tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Strategi Mengaktifkan Siswa Pada Awal Pembelajaran
Dimensi pertama dalam awal pembelajarn adalah membangun sikap dan persepsi positif terhadap pembelajaran. Kesiapan mental untuk terlibat dalam pembelajaran mutlak dicapai dalam mengaktifkan siswa, oleh karenanya kegiatan membangunkan sikap dan persepsi positif siswa harus dilakukan sejak awal dimulainya pembelajaran. Hal yang harus dilakukan guru pada awal pembelajaran adalah membangunkan minat, membangunkan rasa ingin tahu, dan merangsang siswa untuk berfikir. Bila minat siswa, rasa ingin tahu siswa telah bangkit, serta siswa telah terangsang untuk berfikir ini berarti siswa telah siap secara mental untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran, dan bila terjadi sebaliknya berarti secara mental siswa belum siap terlibat dalam pembelajaran. Dengan memodifikasi strategi berbagi pengetahuan secara aktif, Silberman (2006:100-102), mengawali kegiatan pembelajaran aktif dengan prosedur sebagai berikut:
a. Tentukan rentang waktu yang pasti untuk kegiatan awal pembelajaran.
b. Ucapkan salam pembuka yang menghangatkan siswa.
c. Sediakan daftar pertanyaan yang terkait dengan materi yang akan diajarkan.
d. Perintahkan siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu sebaik yang mereka bisa dan dalam waktu yang telah ditentukan.
e. Perintahkan siswa untuk menyebar di kelas, menanyakan kepada temannya jawaban pertanyaan yang dia sendiri tidak tahu jawabannya, Doronglah siswa untuk saling membantu.
f. Perintahkan untuk kembali ke tempat semula dan gunakan teknik tanya jawab untuk membahas jawaban yang mereka dapatkan.
g. Gunakan pertanyaan-pertanyaan arahan sebagai upaya merangsang berfikir siswa menjawab pertanyaan yang tak satupun siswa bisa menjawab.
Gunakan informasi-informasi yang diperoleh dalam kegiatan ini sebagai sarana untuk memperkenalkan topik-topik penting materi pelajaran dalam kegiatan inti.
2. Mengaktifkan Siswa Pada Kegiatan Inti Pembelajaran
Pembelajaran aktif dapat berlangsung dalam proses penyelidikan atau proses bertanya. Siswa dikondisikan dalam sikap mencari (aktif) bukan sekedar menerima (reaktif). Kondisi ini terjadi jika siswa dilibatkan dalam tugas dan kegiatan yang secara halus mendesak mereka untuk berfikir, bekerja, dan merasakan. Berdasarkan pendapat di atas, upaya yang harus dilakukan guru untuk mengaktifkan siswa, Dengan memodifikasi pendapat Silberman (2006:117-206), strategi berikut ini dapat digunakan guru untuk mengaktifkan siswa :
a. Menstimulir rasa ingin tahu siswa
Prosedur :
- Ajukan pertanyaan/masalah yang kompleksatau yang mempunyai beberapa kemungkinan jawaban untuk menstimulasi keingintahuan siswa tentang materi yang akan diajarkan. Pertanyaan yang disajikan haruslah merupakan pertanyaan yang menurut guru ada beberapa siswa yang mengetahui jawabannya atau bagian dari jawaban.
- Doronglah siswa untuk berfikir, membuat skema atau diagram, dan membuat dugaan umum.
- Tampung semua dugaan siswa. Ciptakan rasa penasaran tentang jawaban yang sesungguhnya.
- Gunakan pertanyaan itu untuk mengarahkan siswa kepada apa yang hendak diajarkan.
b. Menstimulir siswa untuk belajar mandiri
Prosedur:
- Bagikan kepada siswa bahan ajar, disertai beberapa pertanyaan/masalah yang terurut dari yang sederhana sampai yang kompleks.
- Perintahkan siswa untuk mempelajari bahan ajar secara mandiri atau berpasangan.
- Perintahkan siswa untuk membubuhkan tanda tanya pada materi yang belum mereka pahami. Anjurkan untuk menyisipkan tanda tanya sebanyak mungkin. Perintahkan siswa untuk menyusun pertanyaan sebanyak mungkin terkait dengan tanda tanya yang mereka bubuhkan
- Perintahkan siswa untuk mengemukakan pertanyaan secara tertulis. Beri kesempatan siswa lain untuk menanggapinya. Lakukan seterusnya sehingga semua pertanyaan siswa dibahas.
- Berikan penjelasan sebagai sarana pemantapan dari jawaban atas pertanyaan siswa.
c. Menstimulir siswa untuk belajar bersama dalam kelompok.
Prosedur :
- Perintahkan siswa secara mandiri mempelajari bahan ajar
- Perintahkan untuk menuliskan hal yang belum diketahui dalam bentuk pertanyaan.
- Perintahkan untuk membentuk kelompok.
- Diskusikan pertanyaan-pertanyaan dari masing-masing anggota kelompok.
- Berikan tugas memecahkan masalah, dengan petunjuk yang jelas.
- Berikan peran pada anggota kelompok. Misalnya: fasilitator, pencatat, juru bicara, pengatur waktu.
- Berikan kesempatan masing-masing kelompok untuk menyajikan hasil diskusi di depan kelas.
d. Belajar berpasangan
Prosedur:
- Berikan kepada siswa, satu atau beberapa permasalahan yang memerlukan perenungan dan pemikiran.
- Perintahkan siswa untuk menyelesaikan masalah secara perseorangan.
- Setelah semua siswa menyelesaikan masalah, aturlah menjadi sejumlah pasangan dan perintahkan mereka untuk berbagi jawaban satu sama lain.
- Perintahkan pasangan untuk membuat jawaban baru bagi tiap masalah, memperbaiki tiap jawaban perseorangan
- Bila semua pasangan telah menuliskan jawaban baru, bandingkan jawaban dari tiap pasangan dengan pasangan lain di dalam kelas.
e. Turnamen belajar
Prosedur:
- Bagilah siswa menjadi sejumlah tim beranggotakan 2 hingga 8 siswa.
- Berikan bahan ajar kepada tim untuk dipelajari bersama.
- Buat beberapa pertanyaan yang dapat menguji aspek ingatan dan pemahaman terhadap materi yang diberikan.
- Perintahkan siswa untuk menjawab secara perseorangan. Pastikan hal ini dilakukan oleh masing-masing siswa.
- Setelah semua siswa menyelesaikan jawaban mereka, aturlah menjadi sejumlah pasangan dan perintahkan mereka untuk berbagi jawaban satu sama lain.
- Lakukan diskusi kelas untuk menentukan jawab pertanyaan.
- Perintahkan siswa untuk menghitung jumlah pertanyaan yang mereka jawab dengan benar, dan mintalah mereka untuk memberikan skor.
- Perintahkan siswa untuk menyatukan skor mereka dengan anggota tim mereka untuk mendapatkan skor tim. Umumkan skor dari tiap tim. Berikan hadiah atau berilah tepuk tangan pada tim yang memperoleh skor tertinggi. Sebutlah ini sebagai “ronde satu”.
- Perintahkan mereka untuk belajar lagi untuk ronde ke dua dalam turnamen. Kemudian ajukan pertanyaan tes lagi sebagai bagian dari “ronde kedua”. Perintahkan siswa dengan prosedur seperti ronde satu.
Turnamen ini dapat dilakukan dengan jumlah ronde bervariasi dan waktu tiap ronde dapat dilakukan bervariasi, namun pastikan bahwa setiap ronde siswa menjalani sesi belajar. Dengan kesepakatan siswa, guru dapat memberikan penalti (hukuman) kepada siswa yang memberikan jawaban salah dengan pengurangan nilai (misal -1 atau -2) dan memberikan nilai 0 pada siswa yang tidak menjawab.
3. Strategi Menutup pembelajaran
Pada kegiatan menutup pembelajaran dapat dimanfaatkan guru untuk:
a. memberikan kesempatan bagi siswa merangkum atau membuat ikhtisar dari pelajaran pada hari itu,
b. memotivasi siswa untuk mempelajari ulang bahan ajar dan atau menyelesaikan tugas rumah secara mandiri atau kelompok,
c. memberikan informasi bahan ajar pertemuan berikutnya,
d. mendapatkan penilaian dari siswa guna perbaikan proses pembelajaran, dan
e. memberikan salam penutup.
D. Model Pembelajaran Aktif
L. Dee Fink (1999) mengemukakan model active learning (belajar aktif) sebagai berikut:
1. Dialog dengan diri sendiri adalah proses di mana anak didik mulai berpikir secara reflektif mengenai topik yang dipelajari. Mereka menanyakan pada diri mereka sendiri mengenai apa yang mereka pikir atau yang harus mereka pikirkan, apa yang mereka rasakan mengenai topik yang dipelajari. Pada tahap ini guru dapat meminta anak didik untuk membaca sebuah jurnal atau teks dan meminta mereka menulis apa yang mereka pelajari, bagaimana mereka belajar, apa pengaruh bacaan tersebut terhadap diri mereka.
2. Dialog dengan orang lain bukan dimaksudkan sebagai dialog parsial sebagaimana yang terjadi pada pengajaran tradisional, tetapi dialog yang lebih aktif dan dinamis ketika guru membuat diskusi kelompok kecil tentang topik yang dipelajari.
3. Observasi terjadi ketika siswa memperhatikan atau mendengar seseorang yang sedang melakukan sesuatu hal yang berhubungan dengan apa yang mereka pelajari, apakah itu guru atau teman mereka sendiri
4. Doing atau berbuat merupakan aktivitas belajar di mana siswa berbuat sesuatu, seperti membuat suatu eksperimen, mengkritik sebuah argumen atau sebuah tulisan dan lain sebagainya.
Sedangkan Prof. Dr. Atwi Suparman, M.Sc menjelaskan beberapa model pembelajaran aktif yang sebelumnya dibedakan berdasarkan karakteristiknya, yaitu:
1. Model berbagai informasi yang tujuannya menitikberatkan pada proses komunikasi dan diskusi melalui interaksi argumentatif yang sarat penalaran. Model yang termasuk ke dalam rumpun ini antara lain:
a. Model Orientasi
Suatu model pembelajaran melalui pengenalan program dan lingkungan belajar. Dalam pembelajaran tersebut dibentuk kelompok siswa. Yang dimaksud program meliputi tujuan dan strategi pencapaiannya, sedangkan lingkungan belajar meliputi sarana belajar, narasumber, sarana pendukung, dan termasuk di dalamnya tata tertib yang harus dipatuhi. Ada tiga keterampilan dasar mengajar yang dibutuhkan pengajar yaitu keterampilan menjelaskan, keterampilan bertanya dan keterampilan mengolah kelompok kecil.
b. Model Sidang Umum
Model ini merupakan bentuk simulatif atau tiruan sidang umum atau dapat pula disebut Sidang Umum berskala pedagogis kelas. Model ini bertujuan agar peserta didik dapat menyajikan informasi, memimpin pertemuan, membahas masalah, dan merumuskan kesimpulan atau mengambil keputusan dalam pertemuan formal. Beberapa keterampilan dasar mengajar yang perlu dikuasi yaitu keterampilan menjelaskan, keterampilan bertanya, keterampilan mengadakan variasi, keterampilan mengelola kelas dan ketarampilan memberikan penguatan.
c. Model Seminar
suatu kegiatan belajar mengajar yang melibatkan sekelompok orang yang mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang mendalam, atau dianggap mempunyai pengalaman dan pengetahuan mendalam tentang suatu hal, dan membahas hal tersebut bersama-sama dengan tujuan agar setiap peserta dapat saling belajar dan berbagi pengalaman dengan rekannya.
d. Model Konferensi Kerja
rangkaian pertemuan yang membahas topik yang menjadi kepedulian berbagai orang atau kelompok peserta konferensi. Misalnya, wakil-wakil dari berbagai perguruan tinggi mengadakan konferensi untuk membahas kurikulum, pengabdian pada masyarakat, dan lain-lain.
e. Model Simposium
Merupakan bentuk pertemuan ilmiah yang resmi”. Dalam pertemuan ini para pembicara menyampaikan pandangan mengenai suatu topik dari berbagai visi. Dengan cara ini suatu topik permasalahan dibahas secara meluas sehingga masalah itu terurai secara interdisipliner. Model simposium merupakan kerangka pembelajaran yang memerankan peserta didik sebagai pakar dalam berbagai bidang untuk berlatih memecahkan suatu topik problematik.
f. Model forum
Model ini dapat bersifat bentuk nyata (real) bila masalah yang dibahas memang benar-benar merupakan masalah yang dihadapi peserta didik.
g. Model Panel.
merupakan kerangka konseptual yang digunakan oleh pengajar dalam mengorganisasikan interaksi belajar mengajar dalam konteks pembahasan masalah kontroversial di lingkungannya. Model ini dapat dilakukan dalam bentuk real atau dalam bentuk simulatif, tergantung dari hakekat masalah yang dibahas. Dengan menggunakan model ini, peserta didik akan dapat menyampaikan informasi atau pendapat mengenai permasalahan yang kontroversial. Proses ini akan mengkondisikan peserta didik untuk berpikir secara kritis dan bersikap toleran terhadap pendapat orang lain yang berbeda.
2. Model Belajar melalui pengalaman yang tujuannya menitikberatkan pada proses perlibatan dalam situasi yang memberi implikasi perubahan perilaku yang sarat nilai dan sikap sosial. Termasuk ke dalam rumpun ini adalah:
a. Model Simulasi
Model Simulasi diartikan sebagai kegiatan pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk meniru satu kegiatan atau pekerjaan yang dituntut dalam kehidupan sehari-hari, atau yang berkaitan dengan tugas yang akan menjadi tanggung jawabnya jika kelak siswa sudah bekerja. Misalnya, simulasi mengajar.
b. Model Bermain Peran
Bermain peran digunakan dalam pembelajaran dengan tujuan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih menumbuhkan kesadaran dan kepekaan sosial serta sikap positif, di samping menemukan alternatif pemecahan masalah. Dengan perkataan lain, melalui bermain peran, siswa diharapkan mampu memahami dan menghayati berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
c. Model Sajian Situasi
Model Sajian Situasi merupakan kerangka prosedural pembelajaran yang menggunakan simulasi sebagai pemicu (trigger) belajar. Materi yang disajikan bukanlah konsep yang abstrak secara verbal tetapi situasi yang dibuat mencerminkan suatu konsep. Peserta didik dikondisikan untuk dapat menangkap konsep itu melalui proses analisis situasi yang disimulasikan.
d. Model Kelompok Aplikasi
Model Kelompok Aplikasi adalah satu model pembelajaran keterampilan melalui penerapan dalam situasi nyata.
e. Model Sindikat
Model Kelompok Sindikat merupakan istilah teknis pembelajaran yang digunakan untuk pengorganisasian interaksi belajar mengajar yang melibatkan pengajar, peserta didik, dan lingkungan belajar. Tujuannya adalah untuk melatih keterampilan peserta didik agar dapat menggali/mencari informasi, mendiskusikannya dengan sesama teman, meneliti kebenaran informasi, menyajikan informasi dalam laporan ilmiah, dan mengembangkan sikap bertanggung jawab atas proses belajarnya sendiri.
f. Model Kelompok “T”
Kelompok “T” merupakan pendekatan yang dipinjam dari dunia psikologi dan manajemen. Melalui model ini, sekelompok orang ditempatkan dalam suatu situasi tertentu, sedemikian rupa, sehingga setiap orang dalam kelompok itu merasakan adanya suatu kesatuan yang utuh dengan anggota lain dalam kelompok. Dalam dunia manajemen, strategi ini sering dilakukan di berbagai organisasi karena dipercaya bahwa tujuan organisasi tidak bisa dicapai secara optimal apabila personal dalam organisasi tidak memiliki sinergi tim, tidak memiliki rasa kesatuan dengan rekan-rekan yang lain. Dalam dunia pendidikan dan pelatihan, model kelompok “T” digunakan dengan alasan relatif sama.
3. Model pemecahan masalah yang tujuannya menitikberatkan pada proses pengkajian dan pemecahan masalah melalui interaksi dialogis dalam situasi yang sarat penalaran induktif. Termasuk ke dalam rumpun ini adalah:
a. Model Curah Pendapat
model untuk mencari pemecahan masalah (problem solving), meskipun dapat juga digunakan untuk tujuan penyusunan program, manual kerja, dan sebagainya”. Model ini terdiri dua tahap, tahap identifikasi gagasan (curah pendapat) dan tahap evaluasi gagasan.
b. Model Riuh Bicara
Kelompok Riuh Bicara adalah kelompok kecil yang terdiri dari 2-5 orang yang membahas satu isu atau masalah dalam waktu yang singkat.
c. Model Diskusi Bebas
model diskusi kelompok yang memberi kesempatan kepada siswa untuk menentukan topik dan arah diskusi. Dengan demikian, kelompok bebas memilih topik bebas yang akan didiskusikan serta cara dan arah (tujuan) yang ingin dicapai dalam diskusi. Bahkan siswa dapat menentukan dengan siapa dia ingin berkelompok. Tujuan utama yang ingin dicapai melalui model ini agar siswa mampu mengembangkan nilai dan sikap melalui diskusi ide-ide baru. Di samping itu, pengembangan melalui diskusi bebas oleh mahasiswa juga diharapkan mampu mengembangkan ide-ide baru yang mungkin belum pernah mendapat kesempatan untuk diungkapkan.
d. Model Kelompok Okupasi
model belajar mengajar yang menggunakan pendekatan proses berbagi pengalaman dalam bidang yang sama, berkumpul untuk memecahkan satu masalah tertentu, kemudian setiap orang diminta mengutarakan pengalamannya yang berkisar dengan masalah tersebut.
e. Model Tutorial
tutorial atau “tutoring” merupakan istilah teknis pembelajaran yang diartikan sebagai bimbingan dan bantuan belajar”. Tutorial dapat diberikan oleh pengajar atau sesama peserta didik (peer tutorial) atau orang lain sebagai tamu (guest tutorial) atau peserta didik yang lebih tinggi (cross age tutorial).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar